IGD : (0286) 479-510 Info : (0286) 479-030 Pendaftaran : (0286) 479-454 WA : 08112992111 HotLine Keluhan : 08112705252

Keramahan Sebagai Dasar Melayani

Thursday, 05 August 2021 11:55 WIB
rsemanuel-cover-news-2021/08/05/keramahan-sebagai-dasar-melayani
Gbr. Cover Keramahan Sebagai Dasar Melayani - RSEMANUEL ©2021

Bacaan: Markus 8 : 1 – 10

Kalau ada pertanyaan: kepada siapakah kita harus belajar tentang bagaimana bersikap ramah? Maka jawabannya hanya satu, Tuhan Yesus. Tuhan Yesuslah yang menjadi guru kita dalam segala hal, termasuk tentang bersikap ramah. Tetapi, apa arti ramah atau keramahan? Ternyata ramah atau keramahan tidak sekedar baik hati dan menarik budi bahasanya; manis tutur kata dan sikapnya; suka bergaul dan menyenangkan dlm pergaulan, sebagaimana dimengerti oleh orang pada umumnya. Belajar dari sikap Tuhan Yesus dalam narasi *MEMBERI MAKAN 4000 ORANG,* kita bisa menimba “ilmu” dari sikap ramah atau keramahan yang sebenarnya, karena keramahan Tuhan Yesus adalah keramahan illahi.

Pada ayat 1 dan 2 dalam bacaan kita, disebutkan: _Pada waktu itu ada pula orang banyak di situ yang besar jumlahnya, dan karena mereka tidak mempunyai makanan, Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: "Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan._ Melihat keadaan orang (banyak) yang dalam kondisi lapar (menderita), Tuhan Yesus merasa empaty (trenyuh). Dan dengan ungkapan pada ayat 3: Dan jika mereka Kusuruh pulang ke rumahnya dengan lapar, mereka akan rebah di jalan, sebab ada yang datang dari jauh." Ia mau membagikan rasa empaty itu kepada para murid. Tuhan Yesus mengajak para murid untuk bersikap ramah terhadap persoalan atau penderitaan orang lain, sesama.

Ramah, berarti sensitif atau peka terhadap kesusahan, problema lingkungan sekitar. Berangkat dari sensitivitas (tergerak oleh belas kasihan), Tuhan Yesus bertindak, memberi makan (menolong, membantu mengatasi persoalan) sesama, lingkungan.

Sebagai warga YAKKUM dan sebagai karyawan RS. Emanuel, kita perlu bahkan harus terus-menerus membangun diri dalam olah pribadi mempertajam rasa empaty ini, agar segala sesuatu yang kita kerjakan kepada setiap orang sungguh mengalir dari hati yang mengasihi, kasih illahi. Kiranya, saudara-saudara kita yang merasakan setuhan cinta melalui pelayanan kita, tidak hanya mengenal kebaikan kita, tetapi lebih dari itu, merasakan sentuhan, kehadiran dan karya Allah, lalu memuliakan Dia. Amin.

 

Salam:
Pastoral

Penulis : pastoral
Kategori : RENUNGAN
Total Views : 832